(Kerjasama atara PPW dengan Radio Mutiara AM Bandung)
Oleh: MasPatikrajaDewaku. (PPW No 11-01--0006)
Ketika pertama kali saya mendengarkan janturan pambuka lakon ini, kesan pertama adalah apakah ada kesalahan “speed reel drive motor” pada pemutar kaset. Terdengar suara sedikit memiliki effect “wow”. Tetapi setelah dipaksakan untuk meneruskan permainan, kelihatan bahwa suara gamelan dan waranggana serta penggerong tidak terdistorsi oleh sebab “speed motor cassette” yang “under drive”. Tapi kita lupakan dulu masalah teknis-ini .
Lakon Rebut Kancing Senapati ini juga yang membuat saya penasaran dengan cover cassetnya. Di-cover cassette terpampang tampang Raden Jaya Anggada. Kesan saya adalah, lakon ini mungkin merupakan salah satu segment dari cerita Ramayana. Mungkin cerita lain dari Anggada Duta yang mengisahkan rebutan tugas untuk memata-matai kondisi Dewi Sinta sewaktu dalam sekapan Rahwana.
Baru setelah jejeran berlangsung, terbuka tabir lakon ini. Bahwa lakon Rebut Kancing Senapati, adalah lakon yang berkaitan dengan Lakon Baratayuda. Tepatnya ketika Prabu Boma Nara Kasura meminta menggantikan Peran Gathutkaca dalam jabatannya sebagai senapati dalam Baratayuda.
Syahdan, Batara Kresna naik ke Kahyangan Kandhawaru Binangun dengan badan wadag. Keperluannya adalah meminta kepada penguasa Kahyangan Jonggring Salaka untuk menggeser jejeri palenggahan Senapati pada perang Baratayuda nanti, dari Raden Gatutkaca ke putra nDwarawati yaitu Boma Nara Kasura.
Sebagaimana lakon carangan, cerita semacan ini kadang agak tumpang tindih timingnya. Artinya skema perang Baratayuda yang digambar coretannya ketika lakon Kresna Gugah, pada lakon ini sudah di-wedhar oleh Batara Guru kepada Sri Kresna. Padahal pada Kresna Gugah, skenario itu baru berlangsung penulisannya oleh Batara Panyarikan yang dituntun oleh Batara Guru dan Batara Naradda dengan debat seru. Sampai-sampai ketika penulisan perang antara Antareja dan Prabu Baladewa akhirnya dibatalkan oleh iguh pertikel Prabu Kresna, sehingga “duel” keduanya tidak pernah terjadi.
Begitu cintanya Prabu Kresna kepada kakandanya, Prabu Baladewa, sehingga ia rela menyerahkan Kembang Wijaya Kusuma yang merupakan penguripannya wong sabumi kepada penguasa kahyangan, sebagai barter antara nyawa sang kakak dengan pusaka yang tidak ada duanya.
Nah, kembali ke cerita ini, jauh hari sebelum Baratayuda itu terjadi, Kresna sudah memperoleh gambaran lengkap babak demi babak cerita urutan Baratayuda. Hal inilah yang kemudian menjadikan Kresna masuk kedalam penyusunan skenario Baratayuda ini dengan mengajukan anaknya, Raden Sitija alias Boma Nara Kasura. Usulan Kresna adalah Sitija menjadi senapati menggantikan peran Gatutkaca. Alasan yang dikemukakan oleh Kresna adalah bahwa dirinya adalah merupakan botoh para Pendawa, sehingga punya hak pula ikut menentukan jalannya perang. Tetapi dibalik itu, Kresna juga mempunyai pamrih untuk mencarikan kemukten bagi anaknya itu.
Cerita pergeseran posisi ini tidak berakhir sampai disini, Gatutkaca yang telah disihkan dari jabatannya, juga hendak disingkirkan dari dunia, alias hendak dibunuh. Para dewa yang dikumpulkan di Repat Kepanasan oleh Batara Narada, semuanya menolak tugas itu dengan bermacam alasan konyol, yang membuat adegan pagelaran njawi menjadi “ger-geran”. Usulan dari Batara Panyarikan, adalah, yang menyuruh, dalam hal ini adalah Batara Narada, harus ikut dalam tugas mencari Gatutkaca. Dengan berat hati permintaan Panyarikan terhadap Batara Narada akhirnya dipenuhi
Dilain pihak, kedekatan Gatutkaca dengan Sang Paman, Raden Nakula/Sedewa, menjadikannya mengadukan firasat berupa impian yang menggambarkan bahwa Kesatrian Pringgandani terbanjri air bah.
Sang paman tidak ragu bahwa sejatinya sang keponakan akan menghadapi hal yang sulit, sehingga dimintanya Gatutkaca sementara tinggal dahulu di Sawojajar. Celakanya, dewa segera mengetahui bahwa Gatutkaca telah berada di Sawojajar. Lebih celaka lagi, yang menemui para dewa adalah putra Nakula, yaitu Pramusinta. Nah, anak yang masih kelewat muda ini begitu lugu, disamping tidak mengerti unggah ungguh, Pramusinta adalah begitu jujurnya. Pada saat ditanya dimanakah Gatutkaca, maka ia mengatakan bawa saat ini Gatutkaca sedang disembunyikan ayahnya. Sanggit yang menggambarkan keluguan Pramusinta membuat yang mendengar tersenyum! Bagaimana para Dewa dalam menyirnakan Raden Gathutkaca?
Beralih kepada lambang Kancingan senapati. Adalah Gamparan Kencana dan Topeng Prunggu. Dan Gamparan Kencana inilah yang saat itu dititpkan oleh Gatutkaca di Wukir Retawu, ditempat eyangnya Resi Wiyasa. Nah kedua wujud pusaka itulah yang juga menjadi simbol dari kemuliaan itulah, yang kemudian menjadi buruan dari Raden Sitija yang disengkuyung oleh Prabu Nagaraja.
Surya Lelana, jejadian dari Prabu Kresna, kemudian Prabu Nagaraja sesinglon, juga menjadi satria bagus bernama Naga Pertala, menunjangnya secara langsung usaha perebutan kekuasaan dan benda pusaka itu. Dalam hal ini Sencaki tidak setuju dalam hati. Tetapi dalam hal ini Sencaki sudah berjanji pada diri sendiri untuk menggagalkan usaha dari Raden Sitija.
Cerita berlangsung rumit ketika beberapa tokoh selain dari golongan hitam seperti Prabu Nagaraja yang disebutkan tadi, juga tutun gunungnya Resi Seta untuk mebantu munah satru sekti yang hendak maeka Raden Gatutkaca.
Kembali ke urutan bagaimana Jitapsara yang dibuat menjelang Baratayuda. Karena ini merupakan lakon modifikasi sebagaimana beberapa kejanggalan urutan cerita yang juga pernah saya baca sekilas pada ajang pirembugan anggota PPW. Maka bila diurut timing-nya , misalnya kapan waktunya antara kecilnya Abimanyu dihubungkan dengan masa hidup Samba atau Raden Setija ini agak membingungkan.
Kenapa? Karena menurut cerita ini, Abimanyu menjelang Baratayuda sudah dewasa. Sedangkan Boma masih hidup. Padahal dalam cerita Cipataning yang merupakan kelanjutan Samba Juwing, Boma (dan juga Samba) sudah tewas. Itu terjadi sewaktu Abimanyu masih balita.
Mari kita lupakan saja urutan tersebut. Kita nikmati saja bagaimana kiprah Ki Sugi Hadi Karsana, dalang dengan vokal yang jernih, dalam menjejak keprak. Silakan untuk mengunduh audionya pada link dibawah ini:
- 1A: http://jumbofiles.com/9jq1wwq3ex6u
- 1B: http://jumbofiles.com/5c1khv901ndo
- 2A: http://jumbofiles.com/wkt0hcov4y9x
- 2B: http://jumbofiles.com/kmr9fs9poehh
- 3A: http://jumbofiles.com/grkt2g15idsf
- 3B: http://jumbofiles.com/4756x4hpamnk
- 4A: http://jumbofiles.com/4756x4hpamnk
- 4B: http://jumbofiles.com/m494ycn3sgfy
- 5A: http://jumbofiles.com/w2us0rzdl2cu
- 5B: http://jumbofiles.com/qk70shqqvqd4
- 6A: http://jumbofiles.com/x388sv9getkv
- 6B: http://jumbofiles.com/hnh8541n34fi
- 7A: http://jumbofiles.com/60xqimvvgjwf
- 7B: http://jumbofiles.com/8pxr90dmcy54
- 8A: http://jumbofiles.com/n285k5fnq0ty
- 8B: http://jumbofiles.com/7dx6nhksufgk
betul, pak admin sedikit membingungkan tapi Baru membaca cerita udah penasaran, apa lagi suara keprak Ki Sugi HK terasa agak berbeda penuh semangat dan kadang nut irama.
ReplyDeletemohon pak admin bisa dishare ulang (kalo ada) Linknya seperti sudah mati / blok, untuk menambah pengetahuan dan wawasan akan sanggit Beliau.
Matur nuwun