Judul Buku : Konservasi Budaya Panji
Penulis : Aminudin Kasdi, Dwi Cahyo, Lydia Kieven, Nasrul Ilahi, RM Yunani Prawiranegara dkk.
Penerbit : Dewan Kesenian Jawa Timur
Tebal :216 halaman
CERITA
Panji adalah harta karun terpendam yang dimiliki jawa Timur. Lahir di
Kediri, berkembang sejak jaman Majapahit, menyebar ke banyak daerah
hingga mancanegara, dan beredar dalam berbagai cerita rakyat. Cerita
Panji bukan sekadar cerita. Ini adalah pusaka yang tak ternilai
harganya. Sudah saatnya kita menyelamatkan, memelihara, mengembangkannya
sebagai kontribusi positif pembangunan budaya bangsa. Pada dasarnya,
Cerita Panji adalah sekumpulan cerita pada masa Hindu Budha di Jawa yang
berkisah seputar kisah asmara Panji Asmorobangun dan Puteri
Candrakirana (Dewi Sekartaji) yang penuh dengan petualangan sampai
akhirnya memerintah di Kerajaan Kadiri. Tetapi ternyata, ditemukan
banyak ajar pendidikan formal dan nonformal, bahkan sebagai bahan baku
industri budaya.
Cerita
Panji adalah cerita Jawa asli yang kemudian menyebar ke berbagai
wilayah nusantara (Bali, Sunda, Lombok, Kalimantan, Palembang, Melayu)
serta di berbagai negara di daratan Asia Tenggara. Hal ini merupakan
aspek penting yang perlu disosialisasikan sebagai alternatif cerita
wayang yang selama ini hanya menjadi monopoli Mahabrata dan Ramayana
yang datang dari India.
Beberapa
kesenian tradisional yang selama ini menggunakan cerita Panji misalnya
Wayang Beber (Malang), Wayang Topeng (Pacitan), wayang golek Kediri,
waang thengul (Bojokerto), wayang krucil (Nganjuk), Legong Kraton
(Lasem), Lutung Kasarung (Jabar) dan banyak kesenian di Bali,
Kalimantan, Kamboja dan sebagainya. Sementara yang berupa fisik,
terdapat dalam relief di beberapa candi (punden berundak) di lereng
Gunung Penanggungan, Candi Penataran dan peninggalan purbaka di lereng
gunung Arjuno. Bahkan, patung Panji pernah ditemukan di Candi Selokelir
di lereng Penanggungan.
Menurut
Henricus Supriyanto, Cerita Panji merupakan satu-satunya budaya
Indonesia yang menyebar sampai dengan Kamboja dan Thailand. Ini adalah
ekspor budaya Indonesia. Sebagaimana cerita-cerita sastra Islam yang
berkembang di Indonesia berasal dari Parsi. Karena itu keberadaan cerita
Panji ini perlu dikukuhkan kembali sebagai asset budaya Indonesia,
karena kebudayaan global yang dicari justru budaya lokal sebagai
identitas bangsa. Lihat juga legenda Ular Putih dari Cina Selatan yang
sudah mengglobal. Bahkan buku Raffles tentang sejarah Jawa, sudah
beredar luas dalam bahasa Indonesia.Banyak yang terperangah, bahwa Panji
ternyata bukan sekadar dongeng menjelang tidur. Panji adalah sosok
sejarah sekaligus lehenda. Sosok Panji ternyata sudah amat sangat lama
terpatri di lereng Gunung Penanggungan, Arjuno dan juga tertatah di
Candi Penataran. Cerita-cerita terkait Panji juga banyak mengajarkan
kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam. Salah satu dongeng Panji
terkait pertanian misalnya Enthit. Di situ ada tembang, ''sing nandur
timun mentheg-mentheg iki sapa... enthiiit.'' Bukan hanya timun, tapi
cabe, kacang panjang, dan berbagai macam sayuran serta hasil bumi
lainnya. Dongeng itu bahkan kemudia dikembangkan menjadi lagu Jawa.
Di
luar Jawa ada beberapa. Di Kalsel sistem lumbung pangan sangat kuat,
punya stok padi 12 tahun lalu. Mereka paling dapat bertahan ketika
krisis. Mereka tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Kebijakan
pertanian Indonesia tidak cukup kuat, pertanian organik belum menjadi
kebijakan politik yang kuat. Kasus petani Kediri yang dipenjara karena
memproduksi benih adalah kasus yang sangat memprihatinkan. Masih butuh
kebijakan untuk mendukung budaya petani dengan tradisinya.
Tetapi
yang Yunani Prawiranegara, pertanian ramah lingkungan tidak ada benang
merahnya dengan cerita Panji? Gak gathuk. Kecuali cerita Enthir yang
berasal dari cerita Panji. Benang merahnya apa? Cerita Panji muncul
setelah majapahit, bersifat kerakyatan, bukan bahasa Majapahit tapi
dengan bahasa rakyat. Berkembang hingga ke Makasar, Siam, Kamboja dan
sebagainya. Aspek arkeologinya ada di Penanggungan dan Arjuno. Juga di
Penataran. Aspek seninya Wayang Topeng Malang, Wayang Klithik, tari
Beskalan (remonya Malang) juga bersumber dari gerak-gerak Panji. Jadi,
spirit apa yang melatarbelakangi pertanian ramah lingkungan ini terkait
dengan cerita Panji?
Rakyat
Tapi
yang jelas, kata, Yunani, Panji adalah cerita rakyat meski berasal dari
Kraton. Spirit Panji dalam pertanian berpihak pada rakyat, bukan
penguasa. Cerita panji banyak relief di Penanggungan dan Arjuno,
merupakan sikap sifat rakyat Majapahit yang jenuh dengan politik, lari
ke gunung, alam back to nature, neo megalithicum, candi-candi dibangun
di lereng gunung, punden berundak. Dalam kehidupan pertanian hendaknya
menghormati leluhur, seperti punden berundak. Kembali pada alam, ini
kedua, karena dengan profil di Arjuna dan Penanggungan diadopsi dengan
pesantren, Mandalagiri, ini sesuai dengan spirit Panji.
Panji
selama belasan tahun. Dalam tempo 13 tahun itu Lydia berkelana sambil
menjadi tour guids naik angkot, jalan berkilo-kilo meter. Bahkan Lydia
sendiri sudah melakukan ekspor budaya Panji ke Jerman.
Cerita
Panji bisa disejajarkan dengan Mahabarata dan Ramayana, serta Serat
Centhini, yaitu sumber yang tak pernah kering, bagaikan ensiklopedi, dan
mengandung aspek simbolik, religi bahkan juga kemiliteran. Tidak hanya
bicara soal lingkungan kraton. Bahkan, cerita dapat menjadi mediator
masyarakat kraton dengan luar kraton dengan tradisi lakunya. Cerita
Panji masih memiliki peluang untuk dikembangkan lagi, diekspresikan
dalam susastra, seni pertunjukan atau multikespresi
Dalam
cerita rakyat dikisahkan bahwa Raden Panji keluar dari kraton,
mengembara untuk mencari kekasihnya. Menurut Dwi, ini terlalu simple.
Pengembaraan Panji itu adalah sebuah perjalanan eksploratif sosiobudaya
untuk memotret lingkungan di luar kraton. Ada korelasi yang menarik
antara kraton dan luar kraton. Karena itu dalam cerita Panji banyak
menyerap budaya-budaya luar kraton.
Mengenal Figur Panji
Siapakah
sesungguhnya Panji? Masih banyak yang beranggapan bahwa Panji adalah
sosok fiktif yang hanya ada di di cerita dongeng. Citra ini memang tak
lepas dari kemasan budaya tutur Panji yang lebih berupa ''Dongeng yang
Disejarahkan'' ketimbang ''Sejarah yang Didongengkan''. Bila dirunut ke
belakang, barangkali ini tak lepas dari pengaruh kekuasaan Majapahit
ketika cerita heroik soal ''pahlawan Kadiri'' ini lahir.
Menurut
Dwi Cahyono, memahami Panji setidaknya berhadapan dengan tiga aspek,
yaitu sejarah, apakah Panji memang manusia yang betul-betul ada dalam
sejarah? Aspek kedua, sebagai karya sastra, hanya rekaan, nonfaktual.
Ketiga, Panji sebagai ekspresi yang lebih variatif dalam seni
pertunjukan. Bagaimanapun Panji musti dapat didudukkan dalam kerangka
sejarah, karena tidak bisa dilepaskan dari sejarah Jawa masa Kediri,
Singosari dan Majapahit jaman Hindu Budha. Mana yang betul-betul faktual
dan mana yang merupakan ekspresi kreatif atau rekaan belaka.
Dalam
bukunya, Prof. DR. CC. Berg (1928) menyebutkan, bahwa penyebaran cerita
Panji dimulai adalah Kertanegara Raja Singasari mengadakan pamalayu,
tahun 1277 M sampai kurang lebih tahun 1400 M. Dari sumber ini
diketemukan Panji adalah pahlawan kebudayaan sebagaimana tahun 1996
pernah dijadikan tema sentral Pekan Budaya Bali, karena cerita Panji
dianggap paling banyak memberikan keteladanan membangun kebudayaan
Indonesia.
Ki
Ageng Sri Widadi dari Kasunyatan Jawi, dalam makalahnya yang tak
dibacakan dalam pertemuan itu menulis, Panji adalah tokoh yang
menggunakan kesenian untuk menundukkan lawan. Panji pandai bermain
gamelan, juga penari yang piawai, sebagai dalang yang pintar mempesona
penonton, bahkan berjasa menyusun nada-nada gamelan berlaras pelog.
Hal
ini dikuatkan oleh Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri
Malang. Menurutnya, Panji adalah tokoh manusia biasa, yang merupakan
Pangeran Jawa dan bukan pahlawan pendatang seperti Tama dan Pandawa
Panji adalah sosok yang piawai berolah seni, seorang Maecenas kesenian
Jawa masa lalu. Panji acap diceritakan sebagai pemain musik, penari,
pemain drama (sendratari) dan penulis puisi. Panji adalah tokoh teladan
masa lampau, dan perilakunya merupakan teladan arif dalam mengembangkan
lingkungan dengan cara-cara yang sarat dengan nilai ekologis.
Keteladanan Panji sebagai seseorang yang dipredikati sebagai ''pahlawan
budaya'' masa lalu (masa Hindu-Budha) itulah kiranya yang perlu
diupayakan untuk dapat ditransformasikan bagi pengembangan kesenian
lokal dan pertanian serta pengelolaan lingkungan hidup pada masa kini
maupun mendatang.
Henry Nurcahyo

0 Komentar